Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama dan Moderasi Beragama Kristen Kabupaten Sidoarjo

Click to share!

Sidoarjo, 15 April 2025 – Dalam rangka memperkuat pemahaman tentang pentingnya kerukunan dan moderasi beragama, Penyelenggara Kristen Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo menggelar kegiatan Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama dan Moderasi Beragama Kristen , Selasa, 15 April 2025. Acara ini dilaksanakan di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Centro Sidoarjo dan diikuti oleh sedikitnya 45 peserta yang terdiri dari penyuluh agama dan guru agama Kristen.

Kepala Kankemenag Sidoarjo, Mufi Imron Rosyadi, hadir membuka kegiatan tersebut dan menyampaikan pentingnya peran guru dan penyuluh dalam menanamkan nilai-nilai toleransi dan cinta damai kepada masyarakat, khususnya generasi muda.

“Sebagai guru, sebagai penyuluh kita punya kewajiban menyampaikan dan menjaga umat. Guru punya kewajiban bagaimana supaya anak didik kita ini punya komitmen untuk mencetak generasi yang mampu menjaga keutuhan bangsa. Sebagai penyuluh punya kewajiban menyampaikan bagaimana umat ini punya kesadaran untuk menjaga kerukunan.” ujar Mufi dalam sambutannya.

Ia juga menekankan pentingnya Tri Kerukunan Beragama, Menurutnya, jika unsur ketiga tersebut dapat berjalan seimbang, maka stabilitas dan ketenangan bangsa dapat terwujud.

”Tri kerukunan beragama, yang pertama adalah kerukunan intern umat beragama, berarti sesama umat beragama. Yang kedua adalah kerukunan antar umat beragama. Dari Islam, dengan Kristen, dengan Hindu, dengan Buddha, dengan konghuchu, dengan Katolik. Yang berikutnya adalah kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah. Ini penting sebagai pilar menjaga persatuan di Indonesia. Kalau unsur ini bisa bersatu, maka negara ini aman. Nah kita sadar betul bahwa kerukunan ini menjadi sangat penting.” Jelasnya.

Mufi juga mengingatkan empat indikator moderasi beragama yang harus menjadi pedoman dalam kehidupan masyarakat yaitu mempunyai komitmen kebangsaan, anti kekerasan, toleransi dan penerimaan terhadap tradisi. “Moderat itu tidak anti kepada semua tradisi, tetapi bagaimana untuk menerima kondisi tradisi itu menjadi bagian dari kehidupan.” tegasnya. Ia mengajak para guru untuk menanamkan nilai-nilai ini sejak dini kepada peserta didik agar terbentuk generasi yang cinta damai dan menjaga keutuhan bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *