Usai Peringati Hari Santri Bersama Jokowi, MTsN 1 Benchmarking Program Tahfidz dan Diniyah di Ponpes Mazroatul Lughoh Pare

Click to share!

Kabupaten Sidoarjo (MTsN 1) – Apel pagi Hari Santri Nasional (HSN) telah usai, rombongan MTsN 1 melanjutkan rangkaian acara untuk memperingati HSN ini dengan melakukan benchmarking di Ponpes Mazroatul Lughoh, Pare, Kediri pada Minggu (22/10).

Kegiatan ini diikuti oleh peserta didik yang tergabung dalam 2 kelas diniyah yang diwakili oleh kelas 8-I serta 9-I dan 1 kelas tahfidz yakni kelas 9-J. Usai mengikuti apel hari santri di Surabaya, Rombongan MTsN 1 Sidoarjo melakukan studi pondok pesantren (pontren) yang terletak di Kediri, sepanjang jalan menuju perjalan terlihat banyak sekali pontren unggulan yang dapat memotivasi peserta didik untuk terus menimba ilmu dimanapun berada.

Benchmarking adalah suatu proses Studi Banding dan mengukur suatu kegiatan atau organisasi yang terbaik sebagai inspirasi organisasi untuk menyiapkan strategi operasional yang dibutuhkan dalam meningkatkan kinerja (performance). Tujuan dari benchmarking dalam rangka menjalin silaturrahim, juga mengkaji dan mempelajari pengalaman-pengalaman Ponpes Mazroatul Lughoh dalam pengelolaan manajemen pontren sehingga prestasi santri dapat melejit di era revolusi industri 5.0 ini.

Ponpes Mazroatul Lughoh memilik empat pilar program ponpes yaitu tahfidz Alquran, kitab kuning, Bahasa Inggris dan Mandarin, serta IT (Ilmu Teknologi). Dimana setiap santri yang lulus setidaknya memiliki dua keterampilan dalam program tersebut. Kegiatan  benchmarking ini dikemas dengan sangat menyenangkan, sehingga respon peserta didik sangat antusias. Hal ini terlihat dari interaksi peserta didik untuk melakukan tanya jawab serta ketika diberi tantangan hafalan ayat dalam Alquran.

Dalam pertemuan tersebut KH. Moh. Qomar, M.Pd.I selaku pengasuh pontren tersebut menekankan bahwa niat mendirikan pontren tersebut adalah bagaimana anak yang sudah pandai membaca Alquran itu memang bukan hanya hafal tesnya saja tapi juga menjadi insan yang Qur’ani dan memperjuangkan islam pada era society 5.0 sebagai bekal anak untuk bisa memiliki life skill menuju kesuksesan menjadi golden generation yakni generasi emas yang mumpuni.

Achmad Saifullah selaku kepala madrasah berharap peserta didik yang mengikuti kegiatan ini mendapatkan pengalaman yang dapat memotivasi mereka untuk terus berkembang pada era saat ini tanpa mengesampingkan pilar keislaman serta keimanan. “Sekolahan adalah titik terberatnya menyajikan ilmu, jika pesantren menyajikan sebuah kehidupan. Oleh karenanya keduanya harus dipadukan untuk menciptakan pribadi yang tauladan dalam kehidupan, hal yang baik dapat kita adaptasikan untuk madrasah menjadi lebih baik dan unggul,” ungkapnya. (Senja)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *